Subscribe to RSS feed

Selasa, 18 Mei 2010

Bencana Itu Bernama ‘Jurnalisme Industrialis’

Dunia jurnalistik Indonesia saat ini tengah dalam kondisi yang meresahkan. Pemberitaan saat ini telah menjadi bahan dagangan yang makin mengabaikan kualitas. Asal dapat, asal cepat, dan asal tayang. Itulah prinsip yang menjadi pemahaman bersama kebanyakan jurnalis saat ini.

    Apa yang dialami oleh tv one beberapa waktu lalu bisa menjadi refleksi bagi seluruh jurnalis jika tak ingin kondisi meresahkan ini menjadi makin memburuk. Seperti diketahui bersama, tv one diputus bersalah oleh Dewan Pers, karena memberitakan mengenai markus secara tidak berimbang. Tayangan yang dikemas dalam format wawancara di tv one tersebut dinilai tidak pantas menjadi karya jurnalistik. Hal ini menunjukan betapa meresahkannya kondisi jurnalistik saat ini.

    Mengapa hal itu bisa terjadi? Salah satu (jika tak mau disebut satu - satunya) faktor yang mendorong hal itu bisa terjadi adalah posisi media yang saat ini yang lebih mengarah pada sisi industri. Berita menjadi bahan dagangan yang sebisa mungkin dikemas agar laku dijual. Media berlomba – lomba mengejar eksklusivitas dan aktualitas tanpa memperhatikan apakah aspek jurnalistiknya telah terpenuhi. Keberimbangan, kedalaman, netralitas serta kode etik jurnalistik kini tak lagi jadi patokan.

    Jurnalisme yang selama ini dipandang sebagai pekerjaan yang idealis, kini bertransformasi kearah industrialis. Sebagaimana industri lainnya, profit menjadi tujuan utama yang lagi – lagi diukur melalui rating dan share tayangan. Jumlah penonton menjadi satu – satunya tolak ukur dari bagus tidaknya suatu berita.

Disinilah kualitas berita menjadi taruhannya. Kualitas berita tak lagi dinilai dengan seberapa akurat berita tersebut, namun dilihat dari seberapa banyak orang melihat tayangan berita tersebut. Ini merupakan bencana besar bagi jurnalisme Indonesia. Bencana yang seakan menjadi bom waktu, yang pada suatu saat akan menghancurkan kepercayaan publik pada pemberitaan hasil dari jurnalisme industrialis ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar